# Puisi Kolaborasi Ephie Taga & Maria Pankratia untuk MUDAers NTT Menulis
ombak datang, ombak pergi
begitu juga alun angin
dari anak panah pagi
yang sekejap berpagut dingin
buih putih-putih
menghantam sepoi-sepoi
seiring sapuan angin basah
satu pada kepingan hari
yang sebentar lagi dimulai
sepasang mata, tajam lainnya layu
tanpa kata; koma maupun titik
mencari arah sang bayu
dan menaruh kembali petikan hasrat pada putik
seperti bunga yang haus rayu
kau ingin akhir? Lakukanlah...
tapi hari masih dini...
pagi kental
dengan cahaya matahari terik
pekat kopi sedikit membuat mual
tetap terjaga dan menjadikannya menarik
pagi dan hati.goyah.layaknya pohon tua yang melapuk
termakan air yang senantiasa menyuburkan
tanah bukan tempatnya lagi berpijak
siap menjadi puing puing.lima tahun sia sia
roh sang waktu mengoloknya keras
memberikan bermacam alasan waras
menyentuh kebimbangan dengan leluasa
resah, risau, galau, gundah, kecewa
dahulu,waktu membuatnya bertahan
entah kini
semua rasa bermain main dg waktu
tak bertujuan.hilang
tak tentu arah
tak juga jelas asa
turuti kemana langkah
tentang lelah dan letih dia merelakannya sejak lama
sejak lama.itu intinya
ia bertahan demi lama
yang terurai kedalam bersama rasa
sayangnya hambar, terlebih hati lain hadir
menambah pahit perjalanan
ia tak lagi sanggup
wanita diujung asa.tanpa arah.mungkn itu aku,pikirnya.
terus menerus
digerus....
sampai nanti
tak tentu tak terurus
kurus,tirus, lalu mampus
pagi tak lagi baru
ia menepis ragu
aku berhenti.itu janjinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar