Minggu, 29 Mei 2011

Secarik Kertas Usang (sebuah puisi)

 sajak karya Maia Letor (untuk Mudaers NTT Menulis dan Komunitas sastra #daunlontar

Mata mulai terasa berat, ingin aku membaringkan badan dan tertidur lelap
Namun ada yang menggelitik, kisah siang tadi mengusik pikiran
dan mengalahkan rasa kantuk ini.

Siang yang terik, di bawah sinaran matahari dan langit Surabaya
dengan berlindung dibalik jaket merah
aku berjalan menyusuri lorong-lorong gang Kedung Tarukan Baru
untuk membeli lauk makan siang
selayaknya anak kosan lainnya

Mataku terusik dengan segumpalan kertas usang yang diremas-remas pemiliknya,
mungkin saja maksudnya ingin membuang remasan kertas usang tersebut
di tempat sampah yang tidak jauh dari situ, tetapi sayang salah sasaran...
tidak tepat masuk ke dalam tong sampah berwarna kuning yang terbuat dari ban mobil.

Entah mengapa aku tertarik untuk memungut dan membuka remasan kertas itu dan melihat apa isinya,
sejenak aku terkesima saat membuka remasan kertas itu perlahan.
Kertas berwarna coklat tua, mirip dengan kertas hasil daur ulang
yang pada beberapa bagian tepinya terdapat bekas terbakar.
Bekas terbakar itu begitu rapi sehingga saya berpikir mungkin saja pemiliknya hendak memberikan aksen tersendiri sehingga sengaja membakar beberapa bagian dari kertas itu.

Pada kertas itu ada tulisan menggunakan bolpoin tinta hitam yang tintanya hampir habis....
sehingga bagian akhir dari tulisan tersebut ditulis dengan tinta hitam yang tersisa

Aku menulis:

Aku takut pada malam
Malam selalu gelap dan sakit bagiku
Sendiriku dan malam
Aku takut

Tak kuasa kuhardik pagi mendekat
Tuk temani sakitku

Tertatih kuterbang
Kubawa perih hingga jauh
Hilang dan lenyap ditengah malam
Hingga malaikat pagi menggendongku
dalam dekapannya

Tulisan dari penulis yang tak kukenal
dan malam ini aku mau menemani kesendirian malamnya

Surabaya, Mei 2011 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar